Rabu, 04 Mei 2016

Sintesis Senyawa Kortison

Kortison adalah suatu hormon steroid yang mempunyai nama kimia: 17-hydroxy-11-dehydrocortisosterone. Hormon ini dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respons terhadap adanya stres. Kortison merupakan suatu produk akhir dari proses yang disebut sebagai steroidgenesis. Proses dimulai dengan dibentuknya Kolesterol dan akhirnya terbentuk hormon steroid. Salah satu hasil akhirnya adalah kortisol.Kortisol mempunyai keaktifan glukocortikoid yang lebih besar dari pada kortison. Kortison juga merupakan molekul inaktip dari hormon kortisol. Kortisol juga dikenal sebagai hydrokortison.
Hormon dapat diberikan secara intravena, melalui mulut, disuntikkan ke dalam sendi dan melalui kulit. Fungsi Kortison adalah sebagai berikut:
1.      Hormon Kortison dan hormon Adrenalin merupakan hormon utama yang dilepas oleh kelenjar adrenal sebagai respons terhadap adanya suatu stres. Hormon ini akan menaikkan tekanan darah dan sebagai persiapan tubuh untuk melawan stres;
2.      Kortison akan menekan sistim kekebalan tubuh dan akan menekan reaksi peradangan sendi lutut, siku dan bahu, mengurang rasa nyeri dan pembengkakan pada tempat dimana ada luka. Penggunaan dalam jangka lama akan memberikan efek samping yang serius seperti muka yang menjadi bundar (moon face);
3.      Kortison juga dapat digunakan untuk menekan respons kekebalan penderita dengan penyakitautoimun atau digunakan pada transplantasi organ tubuh untuk menekan reaksi penolakan jaringan;
4.      Kortison tidak mengurangi lamanya infeksi suatu virus tetapi digunakan murni untuk membuat penderita nyaman saat berbicara atau menelan makanan sebagai akibat adanya penyakitMononukleosus yang menyebabkan pembengkakan tenggorokan.

Kortison tablet dalam bentuk Kortison asetat,  dosis per hari 25 – 200 mg, diberikan sehari 4 kali pemberian atau setiap 6 jam sekali. Saat ini jarang dipakai dalam klinik kecuali untuk penyakit Addisonyang diakibatkan oleh kurang berfungsinya kelenjar Adrenal.
Kelainan atau efek samping  pemberi nan hormon Kortison bersifat sistemik ke seluruh tubuh seperti:
1.      Kadar gula darah yang meninggi;
2.      Resisten terhadap hormon insulin;
3.      Penyakikt kencing manis (diabetes mellitus);
4.      Keropos tulang (osteoporosis);
5.      Rasa cemas;
6.      Rasa depresi;
7.      Tidak datang haid (amenorrhoea);
8.      Katarak (kekeruhan) pada lensa mata;
9.      Glaukoma (peninggian tekanan bola mata


Dari hasil analisis diperoleh komposisi unsur unsur 69,98% C; 7,83 % H; dan 22,19 % O.  Kortison bekerja sama dengan hormone insulin berfungsi sebagai pengatur penggunaan glukosa yang dibakar dan disimpan. Adapun struktur dari senyawa kortison adalah sebagai berikut :


Cara Sintesis Kortison :
Tahap 1


pada tahap ini terjadi Pada tahap ini terjadi reaksi Diels-Alder yaitu salah satu cara membuat cincin pada sintesis organik. Reaksi Diels-Alder berlangsung antara diena terkonjugasi (1) dengan suatu dienofil (2).Selain alkena, alkuna (3) juga dapat bertindak sebagai dienofil.

Tahap 2

disini terjadi Reduksi keton dengan reagen LiAlH4
Reduksi keton (adisi hydrogen) menghasilkan alcohol sekunder. H yang bersifat aktif ialah H yang bermuatan negative. H tersebutlah yang akan mereduksi keton pada cincin D menjadi alcohol (OH).

Tahap 3
Pembentukan cincin lingkar B (melalui reaksi Anulasi Robinson) (cincin D à B)
Anulasi Robinson melibatkan keton α,β-takjenuh dan sebuah gugus karbonil. Keton yang digunakan ialah berasal dari senyawa 3-pentenon.
Digunakan aseton ialah sebagai reagen. Dan pembentukan ketal sendiri untuk protecting C=C.

Tahap[ 4
Pembentukan cincin A dari cincin B Proses pembentukan cincin A menggunakan reagen 2-butenon.

Dibawah ini suatu proses produksi estrogen di plasenta manusia. Steroid dalam kotak abu-abu diperoleh dari sirkulasi; reaksi yang ditunjukkan dikatalisis oleh plasenta enzim. Perhatikan bahwa sebagian besar reaksi ini dapat juga terjadi pada jaringan lain.
Reference :
Simpson & MacDonald (1981) “Endocrine physiology of the placenta.” Ann. Rev.Physiol. 43: 163-188.
Dallman (1993) “Stress update: adaptation of the hypothalamic-pituitary-adrenalaxis to chronic stress.” Trends Endocrinol Metab 4: 62-69.
Seeman & Robbins (1994) “Aging and hypothalamic-pituitary-adrenal response to challenge in humans.” Endocr. Rev. 15: 233-260.
Wajenberg et al. (1994) “Ectopic adrenocorticotrophic hormone syndrome.” Endocr. Rev. 15: 752-787.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar