Sintesis Senyawa Kortison
Kortison adalah suatu hormon steroid yang
mempunyai nama kimia: 17-hydroxy-11-dehydrocortisosterone. Hormon
ini dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respons terhadap
adanya stres. Kortison merupakan suatu produk akhir dari proses
yang disebut sebagai steroidgenesis. Proses dimulai dengan
dibentuknya Kolesterol dan akhirnya terbentuk hormon steroid.
Salah satu hasil akhirnya adalah kortisol.Kortisol mempunyai
keaktifan glukocortikoid yang lebih besar dari pada kortison.
Kortison juga merupakan molekul inaktip dari hormon kortisol. Kortisol juga
dikenal sebagai hydrokortison.
Hormon dapat diberikan secara intravena,
melalui mulut, disuntikkan ke dalam sendi dan melalui kulit. Fungsi Kortison
adalah sebagai berikut:
1.
Hormon Kortison dan
hormon Adrenalin merupakan hormon utama yang dilepas oleh
kelenjar adrenal sebagai respons terhadap adanya suatu stres. Hormon ini akan
menaikkan tekanan darah dan sebagai persiapan tubuh untuk melawan stres;
2.
Kortison
akan menekan sistim kekebalan tubuh dan akan menekan reaksi peradangan sendi
lutut, siku dan bahu, mengurang rasa nyeri dan pembengkakan pada tempat dimana
ada luka. Penggunaan dalam jangka lama akan memberikan efek samping yang serius
seperti muka yang menjadi bundar (moon face);
3.
Kortison
juga dapat digunakan untuk menekan respons kekebalan penderita dengan penyakitautoimun atau
digunakan pada transplantasi organ tubuh untuk menekan reaksi penolakan
jaringan;
4. Kortison tidak mengurangi lamanya
infeksi suatu virus tetapi digunakan murni untuk membuat penderita nyaman saat
berbicara atau menelan makanan sebagai akibat adanya penyakitMononukleosus yang
menyebabkan pembengkakan tenggorokan.
Kortison tablet dalam bentuk Kortison
asetat, dosis per hari 25 – 200 mg, diberikan sehari 4 kali pemberian
atau setiap 6 jam sekali. Saat ini jarang dipakai dalam klinik kecuali untuk
penyakit Addisonyang diakibatkan oleh kurang berfungsinya kelenjar
Adrenal.
Kelainan atau efek samping
pemberi nan hormon Kortison bersifat sistemik ke seluruh tubuh seperti:
1.
Kadar gula darah yang
meninggi;
2.
Resisten
terhadap hormon insulin;
3.
Penyakikt
kencing manis (diabetes mellitus);
4.
Keropos
tulang (osteoporosis);
5.
Rasa
cemas;
6.
Rasa
depresi;
7.
Tidak
datang haid (amenorrhoea);
8.
Katarak
(kekeruhan) pada lensa mata;
9. Glaukoma (peninggian tekanan bola mata
Dari
hasil analisis diperoleh komposisi unsur unsur 69,98% C; 7,83 % H;
dan 22,19 % O. Kortison bekerja sama dengan hormone
insulin berfungsi sebagai pengatur penggunaan glukosa yang dibakar dan
disimpan. Adapun struktur dari senyawa kortison adalah sebagai berikut :
Cara Sintesis Kortison :
Tahap 1
pada tahap ini terjadi Pada tahap ini
terjadi reaksi Diels-Alder yaitu salah satu
cara membuat
cincin pada sintesis organik. Reaksi Diels-Alder berlangsung antara diena terkonjugasi
(1) dengan suatu dienofil (2).Selain alkena, alkuna (3) juga dapat
bertindak sebagai dienofil.
Tahap 2
disini terjadi Reduksi keton dengan reagen LiAlH4
Reduksi keton (adisi hydrogen) menghasilkan alcohol sekunder. H yang bersifat aktif ialah H yang bermuatan negative. H tersebutlah yang akan mereduksi keton pada cincin D menjadi alcohol (OH).
Tahap 3
Pembentukan cincin lingkar B (melalui reaksi Anulasi Robinson) (cincin D à B)
Anulasi Robinson melibatkan keton α,β-takjenuh dan sebuah gugus karbonil. Keton yang digunakan ialah berasal dari senyawa 3-pentenon.
Digunakan aseton ialah sebagai reagen. Dan pembentukan ketal sendiri untuk protecting C=C.
Tahap[ 4
Pembentukan cincin A dari cincin B Proses pembentukan cincin A menggunakan reagen 2-butenon.
Dibawah ini suatu proses produksi estrogen di plasenta
manusia. Steroid dalam kotak abu-abu diperoleh dari sirkulasi; reaksi yang
ditunjukkan dikatalisis oleh plasenta enzim. Perhatikan bahwa sebagian besar
reaksi ini dapat juga terjadi pada jaringan lain.
Reference :
Simpson & MacDonald (1981) “Endocrine
physiology of the placenta.” Ann. Rev.Physiol.
43: 163-188.
Dallman (1993) “Stress update:
adaptation of the hypothalamic-pituitary-adrenalaxis to chronic stress.” Trends Endocrinol Metab 4:
62-69.
Seeman & Robbins (1994) “Aging
and hypothalamic-pituitary-adrenal response to challenge in humans.” Endocr. Rev. 15: 233-260.
Wajenberg et al. (1994) “Ectopic adrenocorticotrophic hormone syndrome.” Endocr. Rev. 15: 752-787.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar